Sunday, September 20, 2015

Mandiri bersama Batik

Subtema : Membangun Kemandirian Ekonomi
Judul : Mandiri bersama Batik
Penulis : Fazrah Zain

Batik, kata yang satu ini pasti sudah tidak asing lagi di telinga kita. Kain bergambar yang pembuatannya secara khusus dengan menuliskan atau menerakan malam pada kain tersebut, kemudian pengolahannya diproses dengan cara tertentu yang memiliki khas. Setiap daerah pasti memiliki ciri khas dari Batik itu sendiri. Misalnya saja Batik di Jogja, dimana kota saat ini saya tinggal. Jogja terkenal dengan keramah-tamahan masyarakatnya, sopan kepada setiap pengunjung yang berkunjung ke Kota yang Istimewa ini. Batik di Indonesia ini sudah ditetapkan sebagai Warisan Budaya yang sudah dikenal sampai ke Internasional. Berbanggalah kita sebagai masyarakat Indonesia yang telah diberikan warisan budaya oleh nenek moyang kita terdahulu. 

Ciri khas dari Batik Jogja adalah dari latar atau dasar warna kain. Warna dasar kain batik Jogja ada dua macam, yaitu warna putih dan hitam, sedangkan warna batik bisa berwarna putih, biru tua kehitaman, dan cokelat soga. Batik Jogja adalah salah satu dari batik Indonesia yang pada awalnya dibuat terbatas hanya untuk kalangan keluarga Keraton saja. Setiap motif yang terwujud dalam goresan canting pada kain batik Jogja adalah sarat akan makna, adalah cerita. Hal inilah yang membedakan batik Jogja dengan batik-batik lain, yang menjaga batik Jogja tetap memiliki eksklusifitas dari sebuah mahakarya seni dan budaya Indonesia.

Dalam membangun kemandiarian ekonomi itu sangatlah luas bentuknya. Dan dewasa ini banyak sekali berbagai macam usaha dan kreatifitas dari masyarakat sekitar yang ingin memenuhi kebutuhan hidup mereka. Sebenarnya pedagang batik sudah ada banyak di Pasar Beringharjo dan Malioboro Jogja, hanya saja dengan perkembangan teknologi yang semakin hari semakin canggih, perkembangan kemandirian ekomonipun turut canggih hanya dengan sekali foto dan upload ke media sosial dan sarana lainnya yang terhubung melalui internet, sehingga tak hanya orang Jogja saja yang bisa membeli kerajinan Batik tapi dari Sabang sampai Merauke bisa membeli asal media yang ia gunakan bisa terhubung melalui internet. Tak heran mulai dari ibu rumah tangga, pelajar, mahasiswa, hingga pegawai kantoran yang terbilang sudah cukup terpenuhi kebutuhannya dari gaji yang didapat dari kantor ia rela menambah kesibukan dengan menjual berbagai jenis barang secara online. Ibu rumah tangga yang sehari-harinya mengurus anak, suami dan rumahpun turut mandiri dengan adanya kecanggihan dari sebuah teknologi. Pelajar yang seharusnya fokus dalam belajar, ia tak ingin kalah dengan membantu orang tua dan menjadi anak yang mandiri. Di Jogja tidak hanya satu atau dua orang yang menjual online terutama Batik. Sudah semakin banyak saja orang yang membuka lapak online dengan nama toko yang menggunakan embel-embel Batik. 

Akhir tahun 2014 yang lalu, tepatnya tanggal 30 Desember 2014, saya mengajak adik sepupu yang sedang berlibur ke Jogja. Saat itu dia ingin melihat seperti apa itu Keraton Kesultanan Yogyakarta, dengan senang hati saya mengajak dia pagi-pagi mengantri di depan loket masuk Keraton. Di dalam selain kami melihat-lihat dari Kereta Kencana sampai barang antik yang ada dalam Keraton, tak ingin ketinggalan saya mengabadikan kain batik yang terdapat di Museum yang ada di belakang Keraton. Berikut saya berikan hasil jepretan saya yang sederhana. 
Batik Klasik motif Sidoasih (photo by Fazrah)
Motif batik diatas merupakan motif yang sering kita jumpai di pasar kain. Motif yang bernama Sidoasih ini memiliki makna, dari kata Sida yang dibaca Sido ini memiliki arti jadi/menjadi/terlaksana. Dengan demikian motif-motif yang berawalan Sida mengandung harapan agar apa yang diinginkan bisa tercapai. Makna dari Sido Asih adalah harapan agar manusia mengembangkan rasa saling menyayangi dan mengasihi antar sesama. Makna yang mengandung do'a agar saling mengasihi antar sesama ini berarti bahwa motif yang tertuang dalam sehelai kain ini benar-benar dibuat dengan hati-hati. Saya sebenarnya ingin bisa membuat motif batik, tapi langsung mengaplikasikannya langsung pada kain menggunakan malam belum tersampaikan.

Masih banyak lagi hasil jepretan foto saya menganai motif batik, diantaranya adalah motif Huk Latar Cemeng, Gringsing, Parang Rusak, Tambal Seling Gapit, Wahyu Tumurun, Kotak Ceplok Bintarum, Truntum Wajik Seling Ceplok Gurdo, Pisang Bali Latar Pethak, dan Paradise Grinsing. Selain itu juga ada patung yang menggambarkan simbah sedang membatik. 
Proses Membatik (photo by Fazrah)
Bagi seseorang yang tidak memiliki banyak modal atau bahkan tidak sama sekali, itu masih bisa membangun kemandirian ekonomi sendiri. Misalnya disini saya contohkan masih berkaitan dengan Batik. Usaha batik online tidak akan ada matinya, karena batik merupakan salah satu kebutuhan masyarakat Indonesia saat ini, baik berupa seragam batik, berbagai macam tas batik, jaket batik, hingga sepatu batik. Nah yang tidak memiliki modal berupa uang dan tempat untuk menjadi pedagang yang mandiri, kita bisa manfaatkan HP (Handphone) yang kita miliki. Coba datang ke salah satu butik atau toko grosir yang berkenan di ambil foto-foto dari dagangannya, jelaskan maksud dan tujuan kita mengambil foto tersebut. Pastikan berkata dengan jujur, karena kejujuranlah yang akan mempermudah jalan kita menuju kesuksesan dalam ekonomi mandiri. Setelah mendapatkan ijin dari pemilik toko silahkan upload/posting foto tersebut di media sosial dengan berikan deskripsi lengakap tentang nama, motif, dan ukuran yang masih tersedia di toko. Dalam berdagang online ini sudah terwujud salah satu bentuk memajukan kemandirian ekonomi. Saat memposting foto produk memang tidak langsung ada komentar atau pembeli, kuncinya haruslah bersabar dan tetap berdo'a yakin bahwa usaha yang telah kita lakukan pasti akan ada hasilnya. Setelah mendapatkan pembeli maka bertransaksilah dengan baik, kita mendapat uang dan pemilik tokopun juga senang karena selain mendapat untung barang daganganpun juga habis terjual. Ini merupakan simbiosis mutualisme, saling menguntungkan tanpa ada pihak yang dirugikan.

Dari hal yang kecil kita dapat membangun kemandirian, baik itu mandiri di bidang pertanian, perkebunan, atau usaha dagang. Yang terpenting adalah bagaimana sikap kita dalam mencapai kemandirian tersebut. Tak ada yang langsung instan dalam menggapai sesuatu keinginan, jika mendapatkannya saja instan, maka jatuhnyapun akan isntan pula. Jadilah pribadi yang mandiri dengan berfikir positif kedepan, bantu orang yang membutuhkan pekerjaan, berilah mereka peluang untuk bisa maju mengembangkan usaha bersama dengan tetap memperhatikan kesejahteraan hidup. Abaikan orang yang selalu menghina usaha kecil, jadikan itu adalah motivasi untuk lebih baik lagi dan cari inovasi baru yang belum dimiliki oleh orang lain. Kelak dari hal kecil akan menjadi besar dan kita pasti bangga akan kemandirian ekonomi yang dibangun dengan rasa kejujuran dan saling tolong menolong.

Nah untuk kalian yang setuju dengan tulisan ini saya harap bisa membantu meluangkan sedikit waktunya untuk beri vote dengan cara kunjungi halaman ini.

Sumber : 
https://id.wikipedia.org/wiki/Batik
http://www.kriyalea.com/mengenal-batik-yogyakarta/
https://id.wikipedia.org/wiki/Batik_Sida_Asih

No comments:

Post a Comment